NASIONAL, TimeNUSANTARA – Kebutuhan biomassa campuran batu bara untuk bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik PLN Grup diprediksi terus meningkat dari 2024 ke 2025. Pada tahun ini, kebutuhan biomassa untuk 47 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik PLN Grup diestimasi akan meningkat hingga 220 persen.
Dengan demikian, kebutuhan biomassa untuk co-firing batu bara tersebut menjadi 2,2 juta ton tahun ini, sementara pada 2023 sebesar 1 juta ton. Menurut Sekretaris Perusahaan PLN EPI Mamit Setiawan, meningkatnya kebutuhan biomassa tersebut lantaran penggunaan biomassa ini mampu mereduksi emisi di PLTU, dan mengurangi porsi penggunaan energi fosil.
Baca juga : Pengawas Tenaga kerja Provinsi Sulut Angkat Bicara Soal Penggunaan APD Tenaga Kerja di PLTU Sulut 1
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Walau kebutuhan biomassa naik, namun menurut mamit penggunaan biomassa tak akan mengerek biaya pokok produksi pembangkit. Harga biomassa yang terjangkau bahkan berbanding 1:1 dengan batu bara membuat biomassa sangat ekonomis digunakan. “Saat ini harga batu bara 5 – 6 sen dollar AS (sekitar Rp 7.795 – 9.354) per kilo Watt hour (kWh). Biomassa juga setara dengan itu. Jika dibandingkan dengan EBT lain, biomassa ini yang paling murah,” ujar Mamit melalui keterangan pers, Minggu (3/3/2024) kemarin.
Dengan naiknya penggunaan biomassa untuk co-firing PLTU, maka reduksi emisi ditargetkan bisa mencapai 2,4 juta ton CO2 pada tahun ini. Target tersebut meningkat dibandingkan realisasi penurunan emisi pada tahun 2023 sebesar 1,05 juta ton CO2.
Target 2025 Mamit menambahkan, pada tahun depan jumlah PLTU yang menggunakan biomassa akan bertambah dari 47 jadi 52 PLTU. Sehingga, total kebutuhan biomassa dipredikai meningkat hingga 10,2 juta ton biomassa. Untuk bisa menjaga pasokan biomassa, PLN EPI sudah melakukan sejumlah upaya. Pertama, PLN EPI melakukan pemetaan digital untuk mengindentifikasi potensi biomassa yang mendukung perencanaan pasokan sebesar 2,2 juta ton pada 2024 dan 10,2 juta ton pada 2025.
Kedua, melalui kerja sama. Salah satu kerja sama yang sudah dilakukan, misal Februari 2023 lalu PLN EPI sudah bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DIY, Keraton Yogyakarta, dan masyarakat Gunung Kidul. Kerja sama ini untuk memanfaatkan lahan tak terpakai seluas 30 hektar dengan penanaman 50.000 pohon dan pembibitan. Dimana target panen perdana tahun 2025 sebesar 25 ton per hektar per tahun. “Langkah kerja sama ini sekaligus mampu mendorong peningkatan perekonomian masyarakat. Memanfaatkan lahan tak terpakai, justru bisa memberikan dampak ekonomi sirkular bagi masyarakat,” kata Mamit.
Fadlan Ibunu