BOLMUT, TimeNUSANTARA – Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut) Provinsi Sulawesi Utara sedang menghadapi tantangan besar seiring dengan rencana beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di wilayah Desa Binjeita Kecamatan Bolangitang Timur. Meski diharapkan dapat meningkatkan pasokan energi, potensi dampak negatif yang muncul dari keberadaan PLTU batu bara ini tidak bisa diabaikan begitu saja. Wilayah Bolangitang Timur, khususnya, bisa menjadi korban utama jika tidak ada langkah antisipasi yang memadai terkait kesehatan dan lingkungan sebelum PLTU mulai beroperasi.
Pencemaran Udara yang Mengancam Kesehatan
Berdasarkan pengalaman di negara lain, PLTU yang menggunakan batu bara sebagai bahan bakar utama kerap menyebabkan pencemaran udara yang serius. Misalnya, di provinsi Hebei, China, dan kota Delhi, India, PLTU telah menyebabkan peningkatan konsentrasi Particulate Matter (PM2.5), yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Polutan ini mampu masuk ke saluran pernapasan, meningkatkan risiko penyakit seperti asma, bronkitis, hingga kanker paru-paru. Jika tidak diantisipasi, kualitas udara di Bolangitang Timur dapat mengalami penurunan drastis, yang tentu akan berdampak pada kesehatan warga sekitar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ancaman Pencemaran Air dan Dampak pada Nelayan
Selain pencemaran udara, PLTU juga bisa mencemari ekosistem air di sekitarnya. Seperti yang terjadi di Tennessee, Amerika Serikat, tumpahan abu batu bara telah mencemari Sungai Emory, mengakibatkan kerusakan pada kehidupan akuatik. Di Vietnam, pembuangan limbah PLTU ke laut menyebabkan kerusakan pada terumbu karang dan berdampak buruk pada mata pencaharian nelayan setempat. Kabupaten Bolmut yang sebagian besar penduduknya bergantung pada sektor perikanan juga terancam menghadapi masalah serupa jika pengelolaan limbah tidak dilakukan dengan benar.
Perubahan Iklim dan Emisi Karbon
Secara global, PLTU adalah salah satu penyumbang terbesar emisi karbon dioksida (CO2), yang berkontribusi pada pemanasan global. Amerika Serikat dan India telah lama berjuang untuk mengurangi ketergantungan pada batu bara demi menurunkan emisi gas rumah kaca. Jika PLTU di Bolmut tidak dilengkapi dengan teknologi yang ramah lingkungan, emisi yang dihasilkan dapat memperburuk perubahan iklim yang berdampak pada masyarakat setempat, seperti perubahan pola cuaca dan risiko bencana alam.
Antisipasi dan Langkah Preventif yang Mendesak
Mengingat berbagai potensi dampak negatif ini, langkah antisipatif sangat penting sebelum PLTU di Bolmut mulai beroperasi. Pemerintah daerah perlu memastikan adanya analisis dampak lingkungan yang menyeluruh dan menerapkan langkah-langkah mitigasi yang ketat oleh pihak Konsersium PLTU sebelum dimulai oprasinya. Pengawasan reguler, penerapan teknologi ramah lingkungan, serta edukasi kepada masyarakat mengenai risiko kesehatan sangat dibutuhkan agar Bolangitang Timur tidak menjadi korban dari dampak PLTU.
Keberadaan PLTU memang dapat memberikan manfaat ekonomi jangka pendek, namun keseimbangan antara kebutuhan energi dan kelestarian lingkungan harus tetap dijaga. Jika tidak, Bolangitang Timur dan wilayah sekitarnya bisa menghadapi masa depan yang suram.
Penulis: Fadlan Ibunu
Baca juga berita terkait: Ketua DPW LSM Galaksi Sulut Desak PLTU Binjeita Ungkap Informasi Emisi Terkait Penggunaan Batubara, Demi Kesehatan Warga
PT IKPT Mangkir, Tak Peduli Kesehatan Warga di Sekitar PLTU Binjeita