MANADO, TimeNUSANTARA – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperingatkan gempa megathrust ‘tinggal tunggu waktu’ untuk mengguncang Indonesia termasuk wilayah Sulawesi Utara (Sulut). BMKG mengimbau warga tidak panik dengan viralnya informasi terkait gempa megathrust tersebut.
“Megathrust ini sudah sangat lama. Cuma baru booming (viral) sekarang,” ujar Koordinator Data dan Informasi Stasiun Geofisika BMKG Manado Muhammad Zulkilfi, Jumat (18/8/2024) kemarin.
Zulkifli mengatakan megathrust merupakan istilah untuk menyebutkan daerah pertemuan lempeng dengan luasan area rupture yang sangat besar dengan pola penyesaran naik. Untuk daerah Sulut sudah ada kajian besaran kekuatan gempa bila gempa megathrust terjadi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Dari hasil kajian pusgen (pusat gempa nasional) di tahun 2017 menuliskan bahwa magnitudo tertarget untuk zona megathrust Laut Sulawesi itu sekitar magnitude 8,5,” bebernya.
Zulkifli mengatakan untuk zona yang berpotensi terjadi megathrust di area Sulut berada di area utara. Dia menyebut titik berpotensi gempa megathrust berada di areal laut.
“Daerah yang terdampak gempa berada di sepanjang sisi utara laut lengan Sulawesi,” katanya.
Lebih lanjut, Zulkifli mengatakan dengan kekuatan yang diprediksi 8,5 magnitude di sekitar area laut maka dampak kerusakan akan terjadi di sekitar daerah tersebut. Namun dia menegaskan wilayah tersebut hanya berpotensi terjadi gempa megathrust.
“Hal ini karena berhadapan langsung dengam sumber megathrustnya, lokasinya relatif dekat. Artinya ketika terjadi gempa dengan guncangan yang kuat maka potensi kerusakannya dominan di daerah tersebut,” paparnya.
Zulkifli pun mengimbau agar masyarakat tetap tenang meski informasi megathrust saat ini tengah viral. Menurutnya, manusia telah hidup lama dengan potensi megathrust ini.
“Dengan kondisi ini, megathrust menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan kita, suka atau tidak, di sinilah tempat kita tinggal. Sejak zaman dahulu, megathrust telah menjadi bagian dari lingkungan kita, dan kita hidup di atasnya,” paparnya.(***)